July 05, 2010

Kekeringan Melanda Dunia


Masalah sanitasi dan air bersih telah menjadi ancaman di seluruh dunia. Bencana ini menyebar luas dan akan terus menjalar.

Salah satu area dengan tanah kering adalah China, di mana penduduk masih sedang berusaha memulihkan diri dari badai pasir besar yang bercampur dengan limbah idustri saat mendera pada pekan lalu.

Saat melanda badai mewarnai langit Beijing, dan penduduk harus menggunakan masker.

Badai yang pernah melanda Mongolia itu tidak hanya menyerang Beijing, tetapi juga Hongkong, Korea Selatan dan Taiwan. Badai ini bahkan mungkin telah mencapai selatan Amerika Serikat.

Penyebabnya adalah kuantitas perladangan yang berlebihan, pertambahan penduduk dan penyalahgunaan hutan. Pemerintah dan masyarakat China telah mengambil langkah untuk menangani masalah gurun yang membesar dan meliputi 20% wilayah China.

Daerah lain di China bagian selatan yang biasanya lembab, sekarang mengalami kekeringan. Pemerintah China juga telah membuka museum nasional tentang air untuk menekankan konservasi air.

China tidak sendirian. Di Australia, para pejabat mencari solusi untuk meringankan kekeringan terburuk dalam satu abad.

Di Guatemala, September lalu PBB memperkirakan kerugian produksi pertanian yang disebabkan oleh kekurangan air telah mempengaruhi sekitar 2,5 juta orang di negara tersebut. Kekeringan ini adalah yang terburuk selama 30 tahun.

PBB dalam laporan bulan lalu menyebut pasokan air yang semakin langka memperburuk kerusakan, tidak hanya itu perselisihan internal juga terjadi di antara penduduk sipil.

Beberapa ahli termasuk Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon berpendapat kerusakan lingkungan dan masalah akses air bersih menjadi penyebab kekerasan di Darfur.

Di lain pihak California Selatan tampaknya menghadapi perjuangan tak berujung soal pasokan air. Ini bukti daerah makmur sekalipun termasuk negara industri juga mengalami masa-masa sulit karena masalah kekeringan ini.

Beberapa ahli percaya bahwa pengendalian sumber daya air akan menjadi lebih penting dalam tahun-tahun mendatang, terutama jika perubahan iklim terus menyebabkan pemanasan di beberapa bagian dunia dan pola-pola cuaca yang tak menentu. Beberapa bahkan menyebut air sebagai “minyak di masa mendatang”. (sumber: inilah.com) DeMay

No comments:

Post a Comment